Laut Nusantara, Pembangun Karakter Bangsa


Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dianggap oleh kebanyakan orang sebagai bagian surga tersembunyi di muka bumi ini. Dengan 17.504 pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke membuat negeri Indonesia kaya akan beragam potensi. Baik dari pulau – pulau yang telah sesak dengan asap industri hingga pulau – pulau kecil tak  berpenghuni yang memiliki jumlah 1.764 lebih banyak dari pada jumlah pulau berpenghuni (Departemen dalam Negeri : 2004).

Berkat banyaknya pulau yang dimiliki oleh Indonesia, membuat negeri ini menjadi pemilik garis pantai terpanjang di dunia dengan 95.181 km jauh melampaui Kanada di posisi kedua. Hal ini menjadi sebuah anugerah di dunia kemaritiman Indonesia. Karena salah satu potensi yang sangat menguntungkan negara berasal dari laut nusantara.

Seperti sebuah tradisi, ketenaran Indonesia di kancah dunia kemaritiman dunia telah dimulai semenjak zaman kerajaan. Posisi Indonesia yang sangat strategis dengan diapit oleh dua buah benua, Asia dan Afrika serta dua buah samudera yaitu Pasifik dan Hindia membuat negeri ini menjadi sentral perdagangan antar negara dan transit pelayaran dunia.

Tidak ada yang tidak mengenal gerbang selat Malaka di masa itu. Namun, dibalik kemasyhuran namanya membuat Indonesia menjadi target utama ekspansi pelayaran barat pencari rempah – rempah di negeri timur. Mungkin menjadi sebuah anugerah bila selama berabad – abad penjajahan barat di negeri ini, sektor laut masih belum terjamah. Para penjajah lebih giat mengeksploitasi tanah – tanah Indonesia hingga tercetuslah tanam paksa, tanpa berpikir sedikit pun untuk mengangkat mutiara – mutiara berharga dari laut nusantara.

Hal ini menjadi peluang tersendiri bagi Indonesia di masa pasca penjajahan untuk memaksimalkan potensi laut yang benar – benar menjanjikan. Banyak sektor yang bisa digali dengan pengelolaan sumber daya alam yang tepat. Mulai dari ekspor hasil laut hingga pemanfaatan sektor migas dan non migas seperti palm oil, chemical wood pulp, lignite, coal, palm kernel, dan copper. Berkat kegiatan ekspor tersebut, negara meraup untung sekitar 119,31 juta dollar Amerika di pertengahan 2016 ini.

Namun, angka – angka tersebut di masa yang akan datang bisa saja menurun drastis dan mungkin saja tidak ada sama sekali bila pengelolaan sumber daya alam berada di tangan orang – orang yang tidak berwawasan lingkungan hidup. Tak bisa dipungkiri, bahwa alam memiliki peran yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia. Tanpa alam, manusia tidak akan lama bertahan hidup. Tapi tanpa manusia, alam akan baik – baik saja.

Kondisi Laut Nusantara
Birunya laut yang menggenangi seluruh daratan Indonesia menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi para aktivis lingkungan hidup. Tidak hanya itu, label surga bawah air juga masih melekat di laut Indonesia dari para diver dari seluruh dunia. Karena laut Indonesia menjadi sebuah jalur raya dan habitat penting bagi mamalia laut dunia. Dari sekitar 87 jenis mamalia laut, sebanyak 32 hidup di bawah air Indonesia.

Tidak berhenti sampai disitu, laut nusantara juga menjadi titik sentral keanekaragaman ikan hiu dan pari dunia. Sebanyak 157 jenis hiu dan pari dari total 596 jenis dari seluruh dunia berada di perairan Indonesia. Begitu pula dengan spesies penyu, 6 dari total 7 buah jenis dari seluruh perairan dunia berada di Indonesia (Rahardjo, dkk : 2009).

Lebih jauh lagi, rimba bawah air milik bumi pertiwi menjadi primadona bagi para penyelam dari seluruh dunia. Laut Indonesia memiliki habitat terumbu karang dengan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Dengan luas terumbu karang Indonesia yang mencapai 70 ribu km persegi (P2O LIPI : 2009) atau sekitar 14 persen dari luas karang dunia (Tomascik et. Al : 1997) membuat terumbu karang Indonesia dihuni oleh 32 jenis ikan yang bernilai ekonomi dari total 132 jenis di seluruh dunia.

Per tahun, pada sebuah terumbu karang yang sehat pada sebuah kawasan bentang laut, mampu menghasilkan 3 hingga 10 ton ikan per kilometer persegi. Hal ini karena didukung oleh kontur bentang perairan kepulauan, teritorial, dan zona ekonomi eksklusif yang memiliki luas mencapai 5,8 juta kilometer persegi. Data tersebut menjadi pemasok sekaligus lumbung utama dalam pemenuhan penyediaan pangan ikan nasional yang mencapai 57 hingga 60 persen untuk sumber asupan protein hewani bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Data – data membanggakan di atas akan menguap sirna ketika kita tinjau dari perilaku masyarakat Indonesia kepada lingkungan hidup yang telah memberinya kehidupan. Salah satu aspek yang sering disinggung ketika workshop, seminar, hingga konferensi lingkungan hidup adalah mengenai kebiasaan membuang sampah sembarangan.

Sampah telah menjadi isu yang sangat mengkhawatirkan layaknya isu pemanasan global semenjak dekade lalu. Tentu sorotan utama dilimpahkan kepada sampah plastik yang telah membuat bumi susah payah untuk menghancurkan material plastik, yang mana membutuhkan waktu paling singkat adalah 50 tahun.

Bila diakumulasi, sekitar 8,8 juta ton plastik per tahun ditemukan di laut – laut seluruh dunia. Jumlah tersebut hampir sama dengan jumlah dari ikan tuna yang dipanen dari laut selama periode setahun. Kepala penelitian Janne Jambeck yang merupakan seorang profesor teknik lingkungan di University of Georgia pun turut mengomentari temuan angka di atas yang tidak pernah terbayang sebelumnya.

Ia menuturkan bahwa jumlah itu setara dengan 5 buah kantong belanja penuh dengan sampah plastik yang menutupi setiap 30 cm garis pantai di seluruh dunia. Terdapat 5 negara yang paling bertanggung jawab mengaliri laut dengan sampah – sampah plastik. Yakni China, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.

Berkat perilaku masyarakatnya, membuat Indonesia berada di posisi kedua pengotor lautan dengan sampah plastik yang total telah mencapai 187,2 juta ton (Jambeck : 2015). Nancy Wallace selaku kepala program sampah kelautan di badan nasional kelautan dan Atmosferik mengatakan bahwa sampah plastik di perairan merupakan sebuah isu penting di dunia karena sampah itu dimakan makhluk – makhluk laut dan juga mengumpulkan racun di laut.

Memang, sampah – sampah tersebut nantinya akan mengganggu keseimbangan ekosistem bawah laut sehingga sedikit banyak mempengaruhi kuantitas serta kualitas kehidupan perairan. Sampah – sampah plastik yang telah lama mengendap di dasar laut nantinya akan mengumpulkan beragam toksik yang mempengaruhi tumbuh kembang ekosistem bawah air dan bahkan membunuhnya. Tentu hal ini sangat merugikan Indonesia yang memiliki beragam keunggulan di dunia kemaritiman.

Wawasan Nusantara dan Karakter Bangsa
Wawasan nusantara adalah sebuah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (GBHN : 1998).

Dalam arti lain, setiap warga dan aparat negara yang terlahir di bumi nusantara harus berpikir, bersikap, dan bertindak secara utuh, efisien, dan menyeluruh dalam sebuah lingkup tertentu demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Konsep wawasan nusantara bisa dibilang memiliki posisi sebagai visi bangsa Indonesia. Yaitu menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula.

Konsep ini setidaknya telah muncul dalam periode sejarah kerajaan di Indonesia. Tersebutlah seorang patih termasyhur di masa keemasan kerajaan Majapahit. Ia bernama patih Gajah Mada yang memiliki sumpah yang sangat terkenal yaitu sumpah palapa. Di dalam sumpah tersebut, sang patih tidak akan memakan buah palapa sebelum berhasil menyatukan nusantara.

Barangkali sang patih memiliki kekhawatiran tersendiri melihat wilayah kekuasaan majapahit yang mayoritas melingkupi kepulauan melayu. Ia khawatir dengan cara pandang rakyat yang dipimpinnya mengenai adanya laut yang memisahkan satu daerah dengan daerah yang lain. Bahwa laut bukanlah menjadi jarak pemisah antara satu rakyat dengan rakyat yang lainnya, melainkan justru menjadi sebuah lem pemersatu untuk saling membela satu sama lainnya.

Di titik inilah kita bisa membangun karakter bangsa lewat konsep wawasan nusantara. Hal tersebut sempat terbukti di zaman awal pergerakan menuju kemerdekaan. Ketika para pemuda lebih memilih untuk memperjuangkan tanah dan pulaunya sendiri lewat perkumpulan bernama Jong Ambon, Jong Java, dan Jong – Jong lainnya. Akhirnya mereka merubah cara pandang mereka, bahwa hanya dengan persatuanlah bangsa penjajah bisa diusir dari negeri ini. Perwujudan dari hal tersebut adalah dengan terselenggaranya Sumpah Pemuda 1 dan 2 pada tahun 1928 di pulau jawa.

Dengan konsep wawasan nusantara, pemuda di zaman pergerakan telah membangun karakter bangsa di kaum muda untuk peduli terhadap daerah – daerah lain di seluruh Indonesia, berjuang secara bersama – sama, bersatu untuk satu tujuan, yaitu kemerdekaan yang masih terampas oleh asing.

Tentu hal ini bisa kita implementasikan di zaman sekarang, ketika pemerintah masih memerlukan sebuah formula yang pas untuk membangun karakter bangsa. Kita perlu menanamkan konsep wawasan nusantara kepada setiap warga negara Indonesia. Bila hal tersebut berhasil, maka kita tidak akan lagi mendengar isu rasis, hingga membaca berita tentang bentrokan suku, ras, sampai agama.

Berawal dari Laut Nusantara, menuju Bangsa Berkarakter
Cita – cita luhur bangsa Indonesia yang semenjak kemerdekaan masih dipertanyakan adalah terbentuknya bangsa yang berkarakter. Perombakan sistem pendidikan pun terus dilangsungkan guna mendapatkan formulasi yang pas dalam mewujudkan bangsa berkarakter yang berbasis pendidikan karakter.

Dengan memanfaatkan keuntungan kita dibidang kemaritiman, kita bisa membangun bangsa yang berkarakter. Satu langkah kecil yang bisa diambil diantaranya adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan, seperti ke sungai yang nanti akan bermuara ke laut. Hal ini nantinya menjadi sebuah awal dari penjagaan lingkungan maritim yang sehat untuk generasi yang akan datang.

Pembangunan karakter bangsa juga bisa di ukur lewat perilaku masyarakat Indonesia dalam pengelolaan sumber daya alam yang tersebar di laut. Dengan memanfaatkan konsep wawasan nusantara, tidak akan ada lagi perselisihan mengenai hasil laut antara daerah satu dengan daerah lainnya. Karena perairan nusantara sejatinya milik seluruh bangsa Indonesia. Hal ini juga bisa menjadi indikator penanaman asas persatuan bangsa.

Memang pengolahan sumber daya alam khususnya di laut nusantara masih tergolong kurang maksimal. Selain karena faktor kuantitas dan kualitas SDM masyarakat Indonesia, juga karena adanya campur tangan asing dalam proses pemanfaatan dan pengolahan kekayaan laut Indonesia. Sehingga banyak harta negara yang justru lari ke pihak asing.

Namun hal tersebut bisa diatasi bila salah satu aspek pembangunan karakter bangsa dimulai dari laut nusantara. Mengenalkan laut nusantara kepada para kaum muda lewat konsep wawasan nusantara. Perwujudan dari konsep tersebut nantinya membentuk para pemuda yang tertanam dalam dirinya persatuan dan kesatuan bangsa, memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dan mempunyai rasa memiliki pada dunia kemaritiman Indonesia. Dengan demikian, Indonesia siap dan mampu menyongsong program Nawa Cita, yaitu menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia pada tahun 2020 mendatang.

Related Posts :

0 Response to "Laut Nusantara, Pembangun Karakter Bangsa"

Posting Komentar